Rabu, 28 April 2010

ARTIKEL

“ Sedekah Bumi Sebagai Ungkapan Rasa Syukur Kepada Sang Pencipta “
by : Naning Wijayanti

Daerahku tempatnya tandus sistem pertaniannya rata-rata tadah hujan,jika musim kemarau tiba air pastilah sangat sulit didapat. Para petani hanya mengandalkan air diwaktu musim penghujan saja sehingga hasil pertaniannya mengandalkan hujan semata. Memang nasib petani didaerahku sungguh memprihatinkan karena terkadang satu tahun panen dua kali yaitu padi dan jagung saja. Apalagi pada musim kemarau panjang seperti ini panen hanya sekali pada musim penghujan saja,setelah itu bertanam jagung tapi banyak petani yang merugi karena kurangnya air. Walaupun begitu dikampungku tetap diadakan perayaan yang merupakan ungkapan rasa terimakasih kepada sang pencipta akan hasil panen yang ada. Semua warga selalu ikut bergotong royong menyelenggarakannya ,hanya untuk mengucapkan rasa syukur bahwa hasil jerih payah yang selama ini dilakukan telah membuahkan hasil walaupun itu hanya sedikit ataupun malah melimpah ruah. Rasa syukur itu dituangkan dengan melalui ritual sedekah bumi. Perayaan ini sebenarnya sudah mendarah daging dan turun temurun dari nenek moyang masyarakat desaku .Bagi masyarakat desaku khususnya para kaum petani, tradisi ritual tahunan semacam sedekah bumi bukan hanya merupakan sebagai rutinitas atau ritual yang sifatnya tahunan belaka. Akan tetapi tradisi sedekah bumi mempunyai makna yang lebih dari itu, upacara tradisional sedekah bumi itu sudah menjadi salah satu bagian yang sudah menyatu dengan masyarakat yang tidak akan mampu untuk dipisahkan dari kultur (budaya) jawa yang menyiratkan simbol penjagaan terhadap kelestarian alam serta bagi budaya masyarakat agraris seperti didesaku. Sebelum acara dilaksanakan , khususnya ibu-ibu dan remaja putri sibuk membuat jajanan yang semuanya direbus semisal bugis, nogosari, pasung, dumbek,yang nantinya dibawakan ke tempat yang dianggap keramat.atau tempat yang disepakati oleh seluruh masyarakat. Untuk menggelar acara ritual sedekah bumi ini sesaji disiapkan oleh para tetua dan jajanan dibawa oleh ibu-ibu atau remaja putrid dimasukan didalam baskom untuk dikumpulkan lalu didoakan oleh tetua desaku,kemudian setelah selesai didoakan ditempat tersebut ditberikan sesaji. Selain itu para pemuda juga disibukan menyiapkan acara untuk memeriahkannya yang jauh – jauh hari mereka telah berlatih berupa kesenian barongan yang merupakan seni budaya asli didaerahku yang nota bene hampir tergerus dengan seni-seni yang lain yang lebih modern Kesenian barongan disini tidak seperti kesenian reog yang dimiliki oleh kabupaten ponorogo kelihatan memang hamper sama tapi sangatlah jauh berbeda dari segi cerita maupun bentuknya. Dimana kesenian barongan adalah suatu pelengkapan yang dibuat menyerupai Singo Barong atau Singa besar sebagai penguasa hutan angker dan sangat buas.
Adapun tokoh Singobarong dalam cerita barongan disebut juga Gembyong Amijoyo yang berarti harimau besar yang berkuasa. Barongan berbentuk tarian kelompok, yang menirukan keperkasaan gerak seekor Singa Raksasa yang didampingi oleh tokoh Bujangganong / PujonggoAnom,JokoLodro/Gendruwo,Pasukanberkuda,Noyontoko,Untub.
Adapun pengiring musiknya terdiri dari Kendang,Gedhuk, Bonang, Saron, Demung dan Kempul. Barongan bersumber dari hikayat Panji, yaitu suatu cerita yang diawali dari iring-iringan prajurit berkuda mengawal Raden Panji Asmarabangun / Pujonggo Anom dan Singo Barong. Kemudian rombongan yang dipimpin Raden Panji melanjutkan perjalanan guna melamar Dewi Sekartaji. Suasana arak-arakan yang dipimpin oleh Singo Barong dan Bujangganong inilah yang menjadi latar belakang keberadaan kesenian Barongan.
Selain itu seni tayub juga diadakan dimana para penayubnya cewek-cewek yang terampil dan biasa membawakan tari tayup dengan lengggak-lenggok yang gemulai dan penuh pesona Tayuban merupakan salah satu seni kebudayaan yang ada didesaku juga,yang berasal dari kata Tayub, yang menurut keroto boso adalah ringkasan dari kata ditoto guyubï dan itu adalah bahwa didalam penyajian seni tayuban gerak tari para penari serta gending iringannya diatur bersama supaya serempak berdasarkan kesepakatan dari para pemain ( penari dan penabuh ) dengan para penonton. Sehingga terwujudlah suatu keakraban dan persaudaraan. Seni Tayuban menggambarkan penyambutan para tamu atau pimpinan yang dihormati oleh masyarakat. Tetapi untuk acara sedekah bumi ini para penonton tidak diharuskan untuk para tamu undangan saja namun untuk semua orang dewasa yang datang dalam acara tersebut dibolehkan menari asalkan bergantian. Penyambutan itu oleh para pemain wanita yang disebut joget dengan cara menyerahkan sampur ( selendang yang dipakai penari wanita ) atas petunjuk pengarih. Tamu yang menerima sampur atau istilah ketiban sampur mendapatkan kehormatan untuk menari bersama - sama dengan joget. Kedua acara inilah yang biasanya menyertai acara sedekah bumi yang ada didesaku. .Acara dimulai dari tempat yang sudah ditentukan oleh para sesepuh desa atau dari balai desa ,kemudian iring – iringan kesenian barongan dan kesenian tayub diarak keliling desa menuju tempat yang dikeramatkan,ditempat tersebut kemudian masyarakat berbondong-bondong mengirimkan jajanan yang telah disiapkan oleh ibu-ibu atau remaja putri ditempatkan dibaskom dan dikumpulkan di tempat yang dikeramatkan untuk didoakan bersama-sama dengan masyarakat dan para sesepuh desa atau tetua adat ( orang Yang dituakan ). Selesai didoakan semua jajanan diambil kembali oleh pemiliknya masing-masing,dan sebagian ditinggalkan sebagai pelengkap sesaji, biasanya mereka saling tukar-menukar makanan yang mereka buat untuk dimakan beramai-ramai atau dibawa pulang untuk dimakan beserta sanak keluarganya di rumah masing-masing. Walaupun jenis jajanannya yang mereka buat rata-rata sama semua tetapi dari rasa antara keluarga yang satu dengan lainnya berbeda. Ini menandakan juga untuk mempererat kerukunan dan persaudaraan antar warga masyarakat yang ada. Kemudian baru acara kesenian barongan di gelar dengan cerita Patih Pujang anom diperintah untuk melamar putri Sekartaji Sampai di hutan Wengkar rombongan Prajurit Bantarangin dihadang oleh Singo Barong sebagai penjelmaan dari Adipati Gembong Amijoyo yang ditugasi menjaga keamanan di perbatasan. Terjadilah perselisihan yang memuncak menjadi peperangan yang sengit. Semua Prajurit dari Bantarangin dapat ditaklukkan oleh Singo Barong, akan tetapi keempat perwiranya dapat lolos dan melapor kepada Sang Adipati Klana Sawandana. Pada saat itu juga ada dua orang Puno Kawan Raden Panji Asmara Bangun dari Jenggala bernama Lurah Noyontoko dan Untuk juga mempunyai tujuan yang sama yaitu diutus R. Panji untuk melamar Dewi Sekar Taji. Namun setelah sampai dihutan Wengker, Noyontoko dan Untub mendapatkan rintangan dari Singo Barong yang melarang keduanya utuk melanjutkan perjalanan, namun keduanya saling ngotot sehingga terjadilah peperangan. Namun Noyontoko dan Untub merasa kewalahan sehingga mendatangkan saudara sepeguruannya yaitu Joko Lodro dari Kedung Srengenge. Akhirnya Singo Barong dapat ditaklukkan dan dibunuh. Akan tetapi Singo Barong memiliki kesaktian. Meskipun sudah mati asal disumbari ia dapat hidup kembali. Peristiwa ini kemudian dilaporkan ke R. Panji, kemudian berangkatlah R. Panji dengan rasa marah ingin menghadapi Singo Barong. Pada saat yang hampir bersamaan Adipati Klana Sawendono juga menerima laporan dari Bujangganong ( Pujang Anom ) yang dikalahkan oleh Singo Barong. Dengan rasa amarah Adipati Klana Sawendada mencabut pusaka andalannya, yaitu berupa Pecut Samandiman dan berangkat menuju hutan Wengker untuk membunuh Singo Barong. Setelah sampai di Hutan Wengker dan ketemu dengan Singo Barong, maka tak terhindarkan pertempuran yang sengit antara Adipati Klana Sawendana melawan Singo Barong. Dengan senjata andalannya Adipati Klana Sawendana dapat menaklukkan Singo Barong dengan senjata andalannya yang berupa Pecut Samandiman. Singo Barong kena Pecut Samandiman menjadi lumpuh tak berdaya.
Akan tetapi berkat kesaktian Adipati Klana Sawendana kekuatan Singo Barong dapat dipulihkan kembali, dengan syarat Singo Barong mau mengantarkan ke Kediri untuk melamar Dewi Sekartaji. Setelah sampai di alun-alun Kediri pasukan tersebut bertemu dengan rombongan Raden Panji yang juga bermaksud untuk meminang Dewi Sekartaji. Perselisihanpun tak terhindarkan, akhirnya terjadilah perang tanding antara Raden Panji dengan Adipati Klana Sawendano, yang akhirnya dimenangkan oleh Raden Panji. Adipati Klana Sawendana berhasil dibunuh sedangkan Singo Barong yang bermaksud membela Adipati Klana Sawendana dikutuk oleh Raden Panji dan tidak dapat berubah wujud lagi menjadi manusia Gembong Amijoyo lagi. Akhirnya Singo Barong Takhluk dan mengabdikan diri kepada Raden Panji, termasuk prajurit berkuda dan Bujangganong dari Kerajaan itulah dasar dari seni traditional barongan yang sering dipentaskan di acara-acara sedekah bumi jeri dan gelak tawa terdengar riuh rendah dari para penonton yang ikut memeriahkan suasana,tak ketinggalan juga anak-anak ikut menyaksikan acara ini sehingga membuat meriahnya suasana. Kemudian dilanjutkan oleh seni tayub yang dimainkan oleh ledhek-ledhek dengan sampurnya yang lemah gemulai diikuti oleh para pemuda dan bapak yang ada di tempat itu dengan ikut berjoget bersama ledhek yang menari dengan lemah gemulainya,menjadikan acara sedekah bumi ini semakin ramai suasananya. Apalagi banyak pemuda yang tidak ikut menari banyak yang ketiban sampur,akhirnya banyak juga yang terpaksa ikut berjoget bersama. Suasana makin lama makin tak terasa menjelang sore acaranya belum selesai juga makin lama makin banyak para pemuda dan bapak-bapak berdatangan ikut memeriahkan suasana hingga menjadi semakin tambah meriah . Seiring dengan terdengarnya sayup-sayup suara adzan magrip tiba perayaan akan segera diakhiri dengan selesainya tangan-tangan yang gemulai dari para ledhek-ledhek desa dengan setimpal hasil saweran yang mereka terima dari hasil saweran serta rasa senang ,lelah dari para masyarakat yang mengikuti acara. Sedekah bumi dikampungku masih sering dilaksanakan setiap habis panen padi minimal satu tahun sekali tapi sedekah bumi ini tidak sesakral dahulu karena seiring dengan perkembangan zaman dan sudah banyak kebudayaan yang lebih modern ,anak-anak muda banyak yang tidak begitu memperhatikan adat budaya yang sudah turun menurun yang dianggapnya sudah kuno dan ketinggalan zaman. Tapi walaupun demikian sedekah bumi ini masih tetap diadakan walaupun tidak seramai dan semeriah zaman aku masih kecil dulu.yang pelaksanaannya terkadang sampai larut malam. Sebetulnya banyak sekali hikmah yang dapat kita petik dari upacara sedekah bumi ini .Masyarakat desaku dalam melaksanakan acara ini mereka bergotong royong baik dana maupun tenaga agar dapat terselenggaranya acara ini. Rasa kekeluargaan terasa amat kental sekali dalam acara ini baik muda,tua kakek,nenek semua ikut serta dalam rangkaian acara ini .Acara ini diharapkan dapat memupuk rasa kebersamaan antar warga setempat selain itu bagi desaku berharap agar panen yang akan datang dapat lebih baik dan hasilnya lebih melimpah ruah. Inilah rasa syukur yang selalu diungkapkan oleh warga desa dipinggiranhutan jati. Sebab dalam acara ini semua warga masyarakat larut dalam kebersamaan untuk sama-sama berdoa dengan meminta keridoaan Allah SWT sebagai penguasa tunggal alam semesta ini. Jadi, ini semua hanya sarana bagi warga di sini untuk kembali ingat kepada penciptanya, Allah SWT,”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar