Senin, 26 April 2010

ARTIKEL

POHON BAMBU UNTUK PENGELOLAAN DI LAHAN KRITIS DAN DAS
by : Naning Wijayanti

Dalam Dekade terakhir ini lahan kritis semakin hari semakin bertambah banyak serta semakin meluas . Selain hal tersebut banyak juga hutan-hutan yang gundul serta berubah fungsinya sebagai pemukiman penduduk dan pembukaan lahan pertanian atau ladang baru ,sehingga fungsi hutan yang semula untuk menahan air berubah fungsi. Adanya berbagai ekosistem yang berada dihutan yang dapat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup manusia semakin berkurang. Berdasarkan statistic kehutanan 1993 selama delapan tahun hingga 2001 luas hutan di Indonesia mengalami penyusutan sebesar 32.2 juta hektar. Data resmi terakhir menyatakan bahwa kawasan hutan yang rusak di seluruh Indonesia mencapai 43 juta hektar dengan laju deforestasi rata-rata 1,6 juta sampai denagn 2,4 juta hektar/tahun.Pengertian Hutan yang ada sangatlah penting bagi keberlangsungan manusia tidak hanya sebagai sumber alam hayati tapi juga sumber alam non hayati.Hutan secra konseptional yuridis dirumuskan didalam Pasal 1 Ayat(1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yaitu Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Dari undang –undang tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hutan sangatlah penting bagi kelangsungan hidup manusia sehingga dapat dikatakan sebagai paru-paru dunia.Pengertian Lahan Kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan baik secara fisik,kimia atau biologis dengan kata lain lahan yang sudah tidak mempunyai nilai ekonomis. Adapun persebaran lahan kristis dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu Pertama Lahan kritis didaerah pantai yaitu jika terjadi pengikisan pantai jika terjadi abrasi (gelombang laut) yang kuat.Lapisan sendimen akan hancur dan lenyap. Kedua Lahan kritis didataran rendah yaitu terjadi akibat genangan air atau proses sedimentasi bahan yang menutupi lapisan tanah yang subur.Sedangkan genangan air terjadi akibat tanah sekitarnya lebih tinggi. Ketiga Lahan kritis dikawasan pegunungan/perbukitan terjadi akibat erosi yang lama kelamaan tanah menjadi lonsor. Hal ini diakibatkan kawasan pegunungan miskin tumbuhan penutup atau pada lereng yang terjal. Ciri utama lahan kritis gundul,gersang,batu-batuan dipermukaan tanah,topografi lahan umumnya berbukit atau berlereng curam.Meluasnya lahan kritis disebabkan oleh beberapa hal antara lain tekanan penduduk,perluasan areal pertanian yang tidak sesuai, perladangan berpindah,padang pengembalaan yang berlebihan,pengelolaan hutan yang tidak baik dan pembakaran yang tidak terkendali (Mahfudz,2001).Akibat lahan kritis dan Hutan yang gundul menyebabkan berbagai macam bencana alam seperti tanah longsor yang banyak terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia yang terjadi akhir-akhir ini di Bandung Jawa Barat. Selain itu banyak juga terjadi banjir bandang yang disebabkan oleh pengundulan hutan atau berkurangnya lahan hutan sehingga resapan air yang harusnya bisa tertampung dihutan tiba-tiba meluap sampai kepemukiman penduduk. Hal-hal seperti inilah yang perlu diwaspadai karena berakibat pada manusia juga. Yang terkadang justru dapat berakibat hilangnya harta benda dan juga nyawa. Hutan dan lahan kritis merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui seharusnya dikelola oleh manusia dengan sebaik-baiknya. Pengelolaan lahan kritis dan DAS menggunakan tanaman bambu hal ini dapat dikatakan karena pohon tersebut memiliki manfaat secara ekologis karena tanaman bambu memiliki akar serabut dan akar rimpang yang sangat kuat. Karateristik perakaran bambu ini memiliki system hidrologis yang dapat mengikat air dan tanah,sehingga dapat digunakan sebagai tanaman konservasi. Rumpun bambu juga dapat menciptakan iklim mikro disekitarnya sehingga jika banyak tanaman bambu atau hutan bambu dapat dikategorikan sebagai satu satuan ekosistem yang lengkap, dan dapat pula terjadi rantai makanan yang saling bersimbiosis karena semua mikroorganisme dapat berkembang bersama di lingkungan tersebut. Oleh karena itu lahan-lahan kritis dan tandus perlu tanaman bambu karena mampu mengikat air dan tanah sehingga mampu memperbaiki kontur tanah. Selain itu pada setiap Daerah aliran sungai sangat perlu ditanami pohon bambu hal ini diperlukan karena tanaman ini dapat menahan tanah dan air dengan kuat sehingga dengan adanya tanaman ini tanah lonsor mampu dicegah. Yang perlu diingat penanaman pohon bambu ini perlu dipisahkan dengan tanaman –tanaman yang lainnya karena ditiap aliran sungai sangat rawan terjadi longsor karena tergerus oleh air. Manfaat pohon bambu antara lain menunjukan bahwa vegetasi pohon bambu berdaya serap karbondioksida tergolong paling tinggi karena bambu memiliki kemampuan fotosintesis efisien yaitu menyerap kembali sebagian karbondioksida yang dihasilkan. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik pada lingkungan kering maupun basah,lingkungan dataran rendah ataupun dataran tinggi. Selain itu “Dunia tidak akan bisa menolak bambu dengan ekolabel karena bambu yang tidak dipanen atau dimanfaatkan justru akan membusuk dialam dan melepaskan emisi” kata Marc Peeters, salah satu penanam modal usaha pembibitan bambu satu-satunya di Indonesia dengan teknologi kultur jaringan dari Belgia (kompas selasa 2/2/2010). Pohon bambu ini mampu menyerap air hujan hingga 90% dibandingkan dengan tanaman lain yang hanya mampu menyerap 35-40% air hujan ,sehingga dengan demikian pohon bambu dapatlah bermanfaat untuk menahan air hujan lebih banyak jika terjadi curah hujan yang tinggi sehingga kemungikan banjir mampu dicegah, selain hal tersebut pohon bambupun mampu meningkatkan volume air bawah tanah,dapat digunakan sebagai konservasi lahan, perbaikan lingkungan serta mampu untuk bahan bangunan tahan gempa khususnya untuk daerah-daerah yang rawan gempa. Melihat manfaat-manfaat yang telah disebutkan diatas maka perlulah para pakar peduli lingkungan,masyarakat dan pemerintah untuk menggalakan penghijauan dengan pohon bambu. Mungkin penghijauan dengan pohon bambu dilihat dengan sebelah mata karena tanaman ini jika dilihat dari nilai ekonomisnya dan kebutuhan masyarakat Indonesia dianggap kurang layak karena bila dijadikan bahan bangunan dinilai masih sangat rendah dan identik dengan masyarakat miskin. Oleh karena itu sudah selayaknya pohon bambu dibudidayakan dengan menggunakan teknologi yang lebih modern sehingga potensi bambu bisa dijadikan nilai eksport tersendiri bagi Indonesia yang demikian luas wilayahnya dimana pohon bambu dapat dibudidayakan dimana saja dan sangat mudah cara pembudidayaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar