Jumat, 11 Juni 2010

HARYO SENGKUNI




Haryo Sengkuni adalah tokoh sentral dalam alur cerita pewayangan. Tanpa kehadiran sang patih ini cerita wayang menjadi hambar. Tiada intrik, tiada trik, tiada pertikaian.
Sengkuni adalah Patih di Negara Astina, negara Kurawa. Berperawakan kurus, wajahnya pucat kebiru-biruan, gaya bicaranya klemak-klemek. Dan, tak jarang terkesan menjengkelkan. Cerdas, pandai bicara dan tangkas. Namun, prilakunya cenderung berbuat licik, senang menipu, munafik, senang memfitnah, menghasut, mencelakakan orang lain, dan iri hati. Selalu menyimpan dorongan sadis, “biarlah orang lain menderita yang peting saya bahagia.”
Berbekal Ajian Pancasona, Sengkuni termasuk tokoh sakti. Ia berhasil mewujudkan apa yang ia inginkan. Pun mampu mengambil kesempatan dalam kesempitan ketika terjadi pertikaian. Ia berhasil melumuri tubuhnya dengan Lenga (minyak) Ta la ketika pusaka milik Pandu ini diperebutkan Pandawa dan Kurawa, sepeninggal Pandu.
Sebelum mangkat Pandu menitipkan Lenga Tala kepada Dretarastra untuk kelak diserahkan kepada para Pandawa ketika dewasa. Lenga Tala merupakan pusaka pemberian dewa sebagai hadiah kepada Pandu yang berhasil mengalahkan Nagapaya, musuh kayanganBeberapa tahun kemudian, terjadi perebutan antara Pandawa dan Kurawa. Dretarastra memutuskan untuk melemparkan minyak tersebut beserta wadahnya jauh-jauh agar tidak menjadi sumber perikaian antarsaudara. Pandawa dan Kurawa segera berpencar untuk bersiap menangkapnya.
Sangkuni tetap mendampingi Destarastra. Dengan licik ia menyenggol tangan Dretarastra ketika hendak melemparkan cupu manik. Dan, sebagian Lenga Tala pun tumpah. Sengkuni segera melepas semua pakaian dan bergulingan di lantai untuk membasahi seluruh kulitnya dengan Lenga Tala. Lumuran Lenga Tala membuatnya sakti mandraguna ora mempan kapan palune pande atau kebal terhadap senjata apa pun.
Dalam silsilah pewayangan Jawa Harya Sengkuni atau Trigantalpati adalah putra kedua Prabu Gandara, raja negara Gandaradesa dengan permaisuri Dewi Gandini. Saudara kandungnya Dewi Gandari, Arya Surabasata dan Arya Gajaksa.
Ketika dewasa Arya Sengkuni menikah dengan Dewi Sukesti, putri Prabu Keswara raja negara Plasajenar. Dari perkawinan ini ia memperoleh tiga keturunan: Arya Antisura/Arya Surakesti, Arya Surabasa dan Dewi Antiwati yang kemudian diperistri Arya Udawa, patih negara Dwarawati.
Arya Sengkuni ahli dalam siasat, tata pemerintahan dan ketatanegaraan. Juga mahir dalam olah keprajuritan. Dengan Cis, pusakaka yang berbentuk tombak mampu memerintah gajah dan mendatangkan sumber air ketika ditancapkan ke tanah.
Selain patih, Sangkuni merupakan penasihat utama Duryudana, raja Hastina. Memang, dalam cerita pewayangan Sengkuni adalah patih atau perdana menteri. Tapi pada hakikatnya ia lah sebenarnya pengendali Hastina.
Berawal dari ide dan strategi Sengkuni, Kurawa berhasil mengusir Pandawa dari Kerajaan Indraprastha yang didirikan Pandu melalui permainan dadu. Dan membuat Pandawa berserta Kunti, merana puluhan tahun karena harus kehilangan negara dan diasingkan
Manakala Duryudono berkeluh kesah bila negara Indraprasta lebih baik ketimbang Hastinapura, Sengkuni menyarankan tidak perlu membangun Hastina meniru Indraprasta. Yang perlu dilakukan adalah merebutnya dari tangan Pandawa. Duryudono setuju dan Sengkuni ditunjuk sebagai pimpro pengambilan kekuasaan.Dengan tipu muslihatnya Sengkuni berhasil mengundang Pandawa untuk bermain dadu di Hastinapura. Sesuai rencana Sengkuni bertindak sebagai pelempar dadu Kurawa. Kesaktiannya berhasil mengalahkan Pandawa. Sedikit demi sedikit harta benda, istana Indraprastha, kemerdekaan para Pandawa dan Drupadi jatuh ke tangan Duryudana.
Namun Dewi Gandari, ibu para Korawa tidak setuju dengan hasil permaianan judi itu karena juga mempertaruhkan wanita. Duryudana yang kecewa karena Drupadi dan Indraprasta batal menjadi miliknya mendesak Dretarastra, ayahnya untuk menyetujui permainan judi dadu diulang
Pada permainan dadu kedua, Pandawa kembali kalah di tangan Sengkuni. Sebagai hukuman, mereka harus menjalani hidup selama 12 tahun di dalam hutan, dan dilanjutkan dengan menyamar selama setahun di suatu negeri. Jika penyamaran mereka sampai terbongkar, mereka harus mengulangi kembali selama 12 tahun hidup di dalam hutan dan begitulah seterusnya. Ini hanyalah tipu daya Sengkuni untuk bisa menguasai Indraprasta selamanya.
Sengkuni tewas dalam perang Bharatayuda di tangan Bima (penegak Pandawa). Berbekal nasihat Kresna, Bima berhasil membunuh Sengkuni dan mengulitinya. Setelah kulit terlepas, tubuh Sengkuni dihancurkan dengan godho Rujakpolo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar