Sabtu, 12 Juni 2010

KAKAWIN ARJUNAWIWAHA



Diceritakan bahwa setelah kalah dalam permainan judi (yang curang) melawan Kurawa, Pendawa yang terdiri dari 5 bersaudara (Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sahadewa) telah kehilangan hak atas kerajaan Amertha dan harus hidup di pengasingan selama 12 tahun dan 1 tahun hidup dalam penyamaran total sebagai Pandawa. Setelah itu mereka baru berhak kembali atas kerajaannya. Dalam persiapan merebut kembali kerajaan Amertha, Arjuna diperintahkan oleh Yudhistira agar memohon senjata-senjata sakti dewa Siwa. Untuk maksud tersebut, Arjuna akan melakukan samadha di gunung Indrakila, sebuah bukit dipegunungan Himalaya. Ditempat lain diceritakan bahwa ada seorang raja raksasa sakti mandraguna bernama Niwatakawaca. Raja tersebut telah mendengar tentang adanya seorang bidadari yang cantik luar bisa bernama Suprabha. Kemudian berangkatlah ia ke kahyangan tempat kerajaan dewa Indra untuk meminta Suprabha menjadi istrinya. Para dewa dan dewa Indra tentu saja marah atas permintaan ini karena tidak sesuai kodrat dan juga martabat. Namun mereka juga sadar bahwa raja Niwatakawaca memiliki kesaktian luar biasa dan bahkan para dewa tidak mampu mengalahkannya. Mereka akhirnya melaporkan permintaan ini kepada dewa Siwa. Oleh Siwa dijelaskan bahwa itu semua memang sudah merupakan takdir dan jalan sejarah yang harus ditempuh. Niwatakawaca tidak bisa dikalahkan oleh siapapun termasuk para dewa. Namun takdir pulalah yang mengatakan bahwa raja raksasa maha sakti hanya dapat dikalahkan oleh seorang satria. Oleh karena itu yang dapat mereka lakukan sekarang adalah memperpanjang waktu agar supaya ketika waktunya tiba maka satria para dewa nantinya sudah dapat ditemukan dan dengan demikian dia akan dapat menghadapi serta mengalahkan Niwatakawaca. Selanjutnya kepada sang raja diberitahu bahwa nanti pada saatnya bidadari Suprabha akan diserahkan kepadanya karena sekarang mereka akan mempersiapkannya sebaik-baiknya supaya nanti tidak akan mengecewakan raja tersebut. Untuk sementara mengobati kekecewaan sang raja, dia diberi beberapa apsara (mahluk wanita setengah dewi). Sang raja Niwatakawaca menyanggupi hal itu dan kemudian kembali kekerajaanya. Dalam kebingungan ketika para dewa mencari satria yang diharapkan,,kahyangan diterpa kegaduhan karena goncangan hebat akibat yoga tapa seorang satria di bumi. Setelah dilihat ternyata Arjuna penyebab kegaduhan semua ini. Arjuna melakukan semedhi dengan segala kemampuan dan yoga-nya yang dahsyat. Mereka pun kemudian berharap bahwa Arjuna-lah yang nantinya merupakan satria yang dicari-cari tersebut. Untuk itu maka Indra memutuskan untuk menguji ketabahannya dalam melakukan yoga, karena merupakan jaminan agar bantuannya sungguh akan membawa hasil seperti yang diharapkan. Maka diutuslah 2 orang bidadari yang kecantikannya menakjubkan yakni Tilotama dan Suprabha untuk mengujinya. (konon setelah mereka diciptakan mereka menghormati para dewa dengan melakukan pradaksina, para dewa demikian terpesonanya sehingga Brahma mengenakan 4 muka dan Indra seribu mata agar selalu dapat mengamati kemana keduanya tanpa merugikan martabatnya),. Sebagai satriya pilihan, maka Arjuna sangat tabah dan tahan dengan godaan tersebut. Walau kedua bidadari tersebut menggunakan segala akal dan upaya agar Arjuna tergoda, tetap saja Arjuna tak bergeming dan usaha mereka sia-sia. Bahkan konon dalam beberapa versi diceritakan Suprabha justru jadi jatuh hati dengan Arjuna. Dengan rasa kecewa akhirnya mereka pulang ke kahyangan dan melaporkan hal ini kepada Indra. Bagi para dewa kegagalan ini justru merupakan suatu berita gembira karena dengan demikian terbuktilah salah satu syarat calon mereka terpenuhi. Mengetahui hal ini, selanjutnya Siwa memutuskan untuk turun sendiri kedunia. Kali ini dia berwujud sebagai seorang pemburu. Sementara itu ditempat lain, para raja raksasa disekitar pertapaan Arjuna mendengar berita apa yang telah terjadi di gunung Indrakila. Kemudian mereka mengutus seorang raksasa bernama Muka untuk mengusik Arjuna dan membatalkan yoga-nya. Dengan berwujud seekor babi hutan, ia mengacaukan tempat pertapaan Arjuna. Terkejut oleh segala hiruk pikuk,,Arjuna keluar dari pertapaannya dan mengangkat senjata. Dengan sekali panah maka babi hutan itupun mati tertikam oleh panah Arjuna. Tanpa diduga sama sekali ternyata ketika didekati, tubuh babi hutan tersebut telah tertancap 2 buah panah. Ternyata pada saat bersamaan sang pemburu, yang aslinya adalah Siwa, juga berhasil menancapkan panahnya. Terjadilah perselisihan diantara keduanya atas siapa yang berhak memiliki binatang tersebut. Perselisihan memuncak hingga diputuskan beradu menggunakan panah. Panah-panah sakti Siwa berhasil dipatahkan kekuatannya oleh Arjuna. Akhirnya bertempuran dilanjutkan dengan berkelahi. Arjuna hampir kalah,lalu memegangi kaki lawannya (atau bahkan Arjuna akan membanting tubuh pemburu), dan sang pemburu-pun lenyap. Yang muncul selanjutnya adalah Siwa, bersemayam selaku ardhanariswara (setengah pria – setengah wanita – diatas bunga padma). Arjuna kemudian memujanya dengan suatu wadah pujian yang mengungkapkan pengakuannya terhadap Siwa yang hadir dalam segala bentuk. Siwa kemudian menghadiahkan Arjuna sebuah panah yang maha sakti dan tidak dapat dipatahkan oleh apapun juga, namanya Pasupati. Sekaligus diberikan pengetahuan bagaimana cara menyimpannya secara gaib dan menggunakannya kelak. Sesudah itu Siwa lenyap.Ketika Arjuna bersiap-siap kembali kepada saudara-saudaranya dan berniat memberitakan keberhasilannya dalam memperoleh senjata maha sakti dari Siwa, datanglah 2 orang dewi utusan Indra. Mereka memberitahukan Arjuna supaya menghadap Indra untuk membantu para dewa dalam membunuh raja raksasa maha sakti Niwatakawaca. Untuk sesaat Arjuna merasa ragu-ragu karena jika ia mengabulkan permintaan tersebut maka ia akan lebih lama lagi terpisah dari saudara-saudaranya. Namun akhirnya ia menyetujui. Ketika sampai di kahayangan, Arjuna disambut dengan riang gembira. Para bidadari menjadi semakin tergila-gila dengan kehadiran Arjuna dikahyangan, demikian pula dengan Suprabha. Indra menjelaskan keadaan yang tidak menguntungkan karena adanya permintaan dan niat jahat dari raja Niwatakawaca. Dan sudah menjadi garis takdirnya bahwa raja tersebut hanya dapat dikalahkan oleh seorang satria terpilih. Namun mereka juga harus dapat menemukan pusat kesaktian raja tersebut, sehingga nanti dari situlah dia dapat dikalahkan. Setelah menerima semua penjelasan tersebut Arjuna menyetujui untuk membantu. Kemudian disusunlah suatu strategi dimana supraba dilibatkan, karena tugas itu pula maka Suprabha jadi semakin dekat dengan Arjuna.
Disetujui bahwa Suprabha akan diserahkan kepada Niwatakawaca. Namun sebagai pendamping disertakan juga Arjuna dengan sembunyi-sembunyi. Tugas utama Suprabha nantinya adalah merayu sang raja supaya mau membocorkan rahasia kekuatannya. Ketika sampai di kerajaan Niwatakawaca, Suprabha sempat ragu-ragu apakah dia nanti akan mampu menjalankan tugas yang diembannya. Arjuna memberi semangat dan dorongan bahwa tugas mulia tersebut demi kesejateraan dan kedamaian para dewa serta jagat raya. Arjuna akhirnya meyakinkan Suprabha bahwa dia akan berhasil asal ia menggunakan segala rayuan seperti yang ia perlihatkannya ketika Arjuna sedang bertapa didalam gua. Setibanya di kerajaan Niwatakawaca, Suprabha disambut oleh para bidadari yang dulu mengenalinya. Mereka menanyakan bagaimana keadaan di kahyangan. Suprabha menceritakan bagaimana ia meninggalkan kahyangan atas kemauannya sendiri karena tahu bahwa kahyangan akan dihancurkan. Maka sebelum semua itu terjadi , , ia memutuskan untuk menyebrang ke raja Niwatakawaca. Suprabha selanjutnya dibawa menghadap sang raja. Seketika itu raja Niwatakawaca bangun dan bergegas menuju tamansari. Suprabha menolak segala desakan dan bujuk rayu penuh birahi sang raja. Dia menjelaskan agar sang raja bersabar hingga fajar menyingsing. Ia justru sekarang merayunya sambil memuji-muji kekuatan dan kesaktian sang raja yang tak terkalahkan itu. Ia terus berusaha mengorek keterangan bagaimana yoga Niwatakawaca dulu berhasil memperoleh restu dan kesaktian luar biasa dari dewa Rudra. Sang raja akhirnya terjebak oleh bujuk rayu dan kecantikan Suprabha dan membuka rahasianya. Dikatakan bahwa ujung lidahnya adalah tempat kesaktiannya. Mendengar berita itu, Arjuna segera meninggalkan tempat persembuyiannya dan mulai mengadakan kegaduhan di istana raja. Niwatakawaca terkejut oleh kekacauan dahsyat mendadak tersebut. Dia segera mencari tahu apa gerangan penyebabnya. Dilain pihak suasana itu justru dimanfaatkan oleh Suprabha untuk melarikan diri bersama Arjuna. Meluaplah amarah sang raja dan segera menyadari bahwa ia telah tertipu. Segera ia memerintahkan pasukannya untuk mempersiapkan diri meyerbu kahyangan tempat para dewa. Di kahyangan suasana menjadi cerah dengan datangnya kembali Arjuna dan Suprabha dengan selamat. Segera pula diadakan persiapan dan taktik untuk menyambut serangan pasukan raja Niwatakawaca. Sementara hanya Arjuna dan dibantu oleh Indra yang nanti bertugas untuk membunuh Niwatakawaca dengan senjata pamungkas karena ucapan sang raja yang kurang hati-hati. Tentara para dewa, apsara dan gandarwa menuju medan pertempuran di lereng sebelah selatan pegunungan Himalaya dan mengatur barisan dalam sebuah posisi disebut makara (berbentuk seperti udang raksasa). Akhirnya pertempuranpun tak terelakkan dan terjadi dengan sengit sampai-sampai Niwatakawaca sendiri terjun ke medan tersebut dan mencerai-beraikan pasukan para dewa. Mereka terpaksa segera mengundurkan diri. Sebagai taktik, Arjuna yang bertempur dibagian belakang pura-pura ikut dalam pasukan dan lari terbirit-birit tapi Arjuna telah menyiapkan busur yang akan digunakan untuk memanah NIwatakawaca. Ketika pasukan musuh terus memburu dan raja Niwatakawaca berteriak-teriak dengan seagala amarah dan sumpah serapahnya, Arjuna manarik busurnya,melesat lurus dan langsung menembus ujung lidah sang raja. Seketika itu pula ia tersungkur dan mati. Para pasukan raksasa segera melarikan diri atau dibunuh. Para dewa, apsara, dan gandarwa yang mati kemudian dihidupkan kembali dengan cipratan air suci amertha dan kembali ke kahyangan. Atas segala upaya dan keberhasilan Arjuna, maka dia menerima penghargaan dari dewa Indra. Selama tujuh hari tujuh malam dia menikmati kenikmatan surgawi (setara dengan tujuh bulan di dunia) Ia bersemayam bagaikan seorang raja di atas tahta Indra dan bersanding dengan bidadari cantik jelita Suprabha.
Namun seiring bergulirnya waktu, Arjuna semakin gelisah dan rindu akan saudara-saudaranya. Akhirnya dengan ijin Indra, maka Arjuna kembali lagi ke dunia dan menemui saudara-saudaranya tanpa menceritakan hadiah surgawi yang diterimanya kecuali hadiah senjata panah maha sakti Pasupati hasil tapa bratanya di gunung Indrakila.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar